SEMARANG – Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia mengubah pola kehidupan sehari-hari dan memunculkan banyak kekhawatiran, termasuk dalam diri para ibu menyusui. Dokter sekaligus konsultan laktasi internasional dr. Astri Pramarini, IBCLC membahas aneka kekhawatiran itu dalam kulgram Sahabat AIMI Jateng (SAJ) episode Maret 2020 yang bertajuk “Menyusui dan Corona Virus”.
Apakah ada risiko penularan virus korona dari ibu kepada bayi yang sedang disusui? Astri mengatakan, belum ditemukan evidensi ada penularan lewat ASI atau penularan vertikal dari ibu ke janin. Sejauh ini, penyebaran virus korona diketahui melalui droplet.
Saran utama Astri menekankan bahwa menyusui selama pandemi tetap bisa aman dan bermanfaat, yang penting ibu-ibu melaksanakan PHBS (pola hidup bersih dan sehat). Wujud PHBS adalah cuci tangan dengan sabun, menghindari kontak erat dengan yang sakit flu, menerapkan etika batuk dan segera menghubungi tenaga kesehatan jika ada gejala demam, batuk, pilek dan kesulitan bernafas.
“Sebenarnya kita semua masih meraba-raba bersama apa sih COVID-19, jadi informasinya masih berubah-ubah. Lebih baik baca sumber dari Kemenkes, WHO, UNICEF, danakun-akun resmi untuk mengatasi berita-berita yang banyak berseliweran saat ini,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tahun 2004 tersebut.
Manfaat Menyusui Saat Pandemi
Menurut Astri, menyusui sangat bermanfaat selama pandemi sebab kandungan ASI penuh dengan zat kekebalan tubuh. Justru kalau ibu punya rencana menyapih dalam waktu dekat atau mencampur ASI dan sufor tanpa indikasi medis, rencana itu sebaiknya ditunda dulu. “Agar bayi atau anak dapat manfaat perlindungan maksimal dari menyusui,” ungkap dokter yang tinggal di Sidoarjo ini.
Lebih lanjut Astri mengatakan, ketika pandemi memunculkan kebijakan pembatasan pergerakan (lockdown), rencana untuk memakai formula sembari menyusui (mixed feeding) justru bisa merepotkan, karena keluarga sulit berbelanja ke luar rumah. Dalam kondisi bencana di mana-mana, tak hanya pandemi, menyusui lebih bisa menyelamatkan nyawa.
Tips untuk Tenaga Medis yang Menyusui
Kekhawatiran lebih besar dialami oleh ibu-ibu yang bekerja sebagai tenaga medis. Profesi yang mengharuskan bersinggungan dengan pasien membuat mereka lebih rentan terpapar virus. Lantas apa yang harus dilakukan?
Menurut Astri, sampai saat ini belum ada panduan khusus menyusui dan memerah ASI untuk tenaga kesehatan yang bertugas menangani pasien COVID-19. Yang sudah ada adalah panduan WHO untuk tetap menyusui dan memberikan ASI pada ibu yang terpapar virus corona ini.
“Antara lain memerah di tempat yang terpisah dari penanganan pasien, mencuci tangan sebelum dan sesudah memerah ASI, dan membersihkan permukaan alat-alat perah yang telah disentuh. Bila perlu bawa beberapa kit pompa sekaligus agar tinggal dipakai selama di RS,” katanya.
Tips lainnya, ASI perah (ASIP) sebaiknya tidak dibekukan melainkan dimasukkan ke lemari es untuk segera diminum keesokan harinya, sebab zat kekebalan tubuh dalam ASIP beku kalah banyak dibandingkan ASI segar. Permukaan botol juga perlu dibersihkan sebelum masuk ke lemari pendingin.
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Astri mengajak ibu-ibu menyusui lebih cermat mengatur pola makan mereka. “Makanlah gizi seimbang yang akan membantu tubuh dalam kondisi optimal,” tegas Babywearing Consultant tersebut.
Panduannya, menurut Astri adalah menu empat bintang, yakni paduan seimbang bahan makanan dari kategori karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan buah/sayur. “Menu empat bintang sangat mudah diolah dan disajikan untuk seluruh anggota keluarga, terlebih, dalam situasi akhir-akhir ini untuk mengurangi keluar rumah,” jelasnya.
Astri juga mengajak ibu-ibu bersikap kritis terhadap mitos-mitos yang banyak beredar selama pandemi. Salah satunya, keriuhan mengonsumsi rempah-rempah demi menangkal COVID-19.
Laporan menunjukkan dampak fatal infeksi COVID-19 terutama dialami pasien dengan penyakit penyerta seperti asma, darah tinggi, jantung koroner, dan diabetes. “Jadi pandemi ini bisa jadi peluang mengembalikan kesadaran hidup sehat dengan cuci tangan, gizi seimbang, tidak merokok dan olahraga,” katanya.
Mengelola Stres dan Tetap Optimis
Hal lain yang Astri anggap perlu diperhatikan adalah manajemen stres. Stres bisa meningkat jika ibu terlalu banyak mendapat informasi mencemaskan yang belum tentu kebenarannya. “Sepertinya penting untuk memilah-milah berita yang masuk dan meskipun awareness (kesadaran) tentang situasi terkini juga perlu dipikirkan,” katanya.
Astri mengingatkan lagi bahwa kondisi psikologis bisa mempengaruhi oksitoksin, hormon penentu keberhasilan menyusui. Buatlah momen penyemangat menghadapi pandemi ini.
Intinya, boleh waspada, tapi jangan jadi stres. Lakukan yang terbaik untuk mencegah infeksi lewat upaya menjauhi keramaian dan mengatur agar urusan rumah tetap jalan dengan kontak sangat minimal. “Pencegahan utama COVID-19 ini: kurangi close contact, titik,” katanya.
Kembali lagi ke manfaat menyusui selama pandemi, Astri menekankan bahwa menyusui semakin dibutuhkan justru di tengah situasi pandemi seperti sekarang. “Meyusui bisa menyelamatkan nyawa, menjaga ketahanan pangan dan juga menenangkan. Mari kita pertahankan dan beri dukungan semaksimal mungkin untuk ibu-ibu tetap menyusui bayinya,” tutupnya.
===
Editor: Ellen Kristi. Foto: koleksi pribadi Astri Pramarini.